Satelit Internet SATRIA-1, Solusi Akses Internet di Wilayah 3T

Selain cakupan jaringan internet yang belum merata serta kecepatan internet yang belum stabil, ada beberapa tantangan dan hambatan yang dihadapi Indonesia untuk meningkatkan kualitas penyedia jaringan internet di Indonesia, salah satunya yakni kendala geografis.

SATRIA-1 Solusi Akses Internet di Wilayah 3T

Kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari kepulauan ini menjadi tantangan besar. Hal tersebut menjadi hambatan karena sulitnya membangun fasilitas jaringan dan data di daerah terutama daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Namun meski demikian, pemerintah menargetkan seluruh daerah 3T dan non 3T di Indonesia telah terpenuhi jaringan internet pada 2024, yakni dengan meluncurkan satelit internet pertama yaitu SATRIA-1 dengan teknologi VHTS.

Mengenal Satelit Internet SATRIA-1

Satelit SATRIA-1 digunakan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat jaringan internet dan layanan digital di 150 ribu titik terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Kehadiran SATRIA-1 ini dapat mendukung kegiatan sekolah dan pesantren, percepatan layanan publik di kantor pemerintahan daerah, data puskesmas dan rumah sakit daerah, serta membantu pengawasan wilayah oleh TNI dan Polri.

SATRIA-1 merupakan satelit super canggih pertama milik Indonesia. Satelit internet buatan Thales Alenia Space, Prancis tahun 2020 tersebut berteknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) berkapasitas 150 gb per detik (Gbps) dengan frekuensi Ka-Band.

Peluncuran Satelit SATRIA-1

SATRIA-1 sukses diluncurkan dari  Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat pada Senin  tanggal 19 Juni 2023 pukul 18.21 waktu Florida atau pukul 05.21 WIB dengan menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX.


Dengan tinggi 6,5 meter dan bobot 4,5 ton, SATRIA-1 dinobatkan sebagai satelit terbesar di Asia dan kelima di dunia ini mampu beroperasi hingga 15 tahun sejak diorbitkan. 

Untuk mengoperasikan SATRIA-1, Kominfo dan BAKTI menunjuk PT Pasifik Satelit Nusantara, lewat mekanisme Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan pihak SNT selanjutnya berfungsi sebagai Badan Usaha Pelaksana (BUP).

SNT sendiri merupakan konsorsium terdiri dari PSN, PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera.

SATRIA-1 Tiba di Titik Orbit

Setelah peluncuran, SATRIA-1 akan melakukan Electric Orbit Raising (EOR) selama sekitar 145 hari sejak pemisahan satelit dari kendaraan peluncurnya hingga tiba di posisi orbit 146 Bujur Timur.

Di posisi orbit tersebut, satelit akan menjalani serangkaian tes, seperti In Orbit Testing (IOT), In-Orbit Acceptance Review (IOAR), dan End-to-End Test (E2E Test), untuk memastikan kinerja satelit yang optimal.

Sebagai pengendali di bumi, Kominfo-BAKTI membangun 11 stasiun bumi (gateway) di Cikarang (Jawa Barat), Batam (Kepulauan Riau), Manado (Sulawesi Utara), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Tarakan (Kalimantan Utara), Pontianak (Kalimantan Barat), Kupang (Nusa Tenggara Timur), Ambon (Maluku), Manokwari (Papua Barat), Jayapura (Papua), dan Timika (Papua Tengah).

Stasiun Bumi Cikarang ditunjuk sebagai Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer berikut Network Operation Control. Setiap lokasi stasiun bumi dilengkapi oleh antena khusus yang diproduksi perusahaan asal Tiongkok, The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE).

Layanan Akses Internet Lebih Cepat Berkat SATRIA-1

Belakangan, dengan peningkatan kecepatan internet yang disematkan pada SATRIA-1, membuat jumlah titik layanan yang harus ditutupi (coverage) menjadi berkurang. Semula, untuk tiap titik layanan kapasitasnya 1 Mbps, namun kemudian ditingkatkan kecepatannya mencapai 4 Mbps.


Oleh karena itu, menjadi berkurang menjadi 50.000 titik saja. Meski demikian, diharapkan kehadiran SATRIA-1 dapat menjawab kebutuhan akses internet di wilayah 3T yang selama ini terkendala kondisi geografis.

Satelit ini dirancang sebagai Broadband Satellite untuk memberikan layanan akses internet cepat. Layanan ini dapat menjadi solusi untuk titik layanan publik pendidikan, kesehatan dan pemerintahan yang belum terjangkau akses internet cepat melalui jaringan kabel serat optik atau Base Tranceiver Station (BTS). 

SATRIA-1 memungkinkan layanan langsung akses internet Direct to Home (DTH), dalam hal ini langsung ke lokasi kantor pelayanan publik. Teknologi satelit cocok untuk lokasi remote seperti kantor pemerintahan dan sekolah yang ada di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). 

Penyediaan akses internet satelit langsung yang bisa diterima melalui V-SAT menjadi solusi karena instalasi perangkat internet berbasis satelit relatif lebih cepat dibandingkan dengan pembangunan BTS atau jaringan kabel serat optik.

Penutup

Direncanakan pada minggu keempat Desember 2023, SATRIA-1 akan siap beroperasi (ready for service) dan terhubung dengan stasiun bumi serta siap untuk dihubungkan dengan Remote Terminal Ground Segment (RTGS) di lokasi layanan publik.

Dengan operasi transmisi lewat udara, memungkinkan layanan SATRIA-1 menjangkau cakupan wilayah yang sangat luas dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Cakupan layanan yang luas akan mampu mengatasi hambatan geografis seperti daratan, gunung, bukit, lembah dan ngarai.

SATRIA-1 menjadi salah satu solusi pemerintah untuk melengkapi jangkauan BTS 4G dan Jaringan Kabel Serat Optik Palapa Ring. Sebelumnya, Pemerintah meminjam kapasitas internet satelit dari lima perusahaan sambil menunggu SATRIA-1 siap operasional.

bm

Media Informasi Guru Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia.

Posting Komentar

Mohon untuk memberikan komentar dengan bahasa yang sopan, tidak memasang link hidup serta tidak meninggalkan spam disini...!!!

Terimakasih banyak atas perhatiannya...

avatar
Admin Guru Dikdasmen Online
Selamat datang di Guru Dikdasmen
Silakan kirimkan pesan untuk bekerjasama dengan kami!